Pages

Wednesday, May 30, 2012

Nyaboeners

MENJADI seorang bujangan jelas bukan sesuatu yang menyenangkan. Saat malam minggu menjelang, kamu tidak bisa ngangkang seperti orang-orang yang berpasangan. Kamu hanya berteman kucing, mengelusnya, sambil online di depan laptop sampai karatan. Betapa patetik. Tapi toh kamu masih punya tangan kanan. Tak mungkin melakukannya dengan tangan kiri karena kamu tidak kidal. Maka, di saat kesepian menggenjotmu dengan brutal, kamu pun tanpa sadar menyentuh kepemilikan pribadi itu.

Yeah, coli. Dulu awal pertama kali saya mendengar istilah ini ketika saya masih SMP kelas 3. Saat itu seorang teman menulis buku biodata menjelang kelulusan milik seorang teman. Dia menuliskan nama, tempat tanggal lahir, dan hobi. Dan di bagian hobi, dia menuliskan dengan: coli. Ya, hobinya coli. Saya yang membacanya garuk-garuk kepala. Coli itu apa sih?

Akhirnya saya diberi tahu teman, kalau coli adalah tindakan mengocok penis sendiri. Saya pun terheran. Itu, kan tindakan jorok. Apa manfaatnya. Dia bilang kalau coli itu enak dan bikin ketagihan. Oh, begitu? Kata saya polos. Saya pun pulang ke rumah dan mempreteli diri saya di depan cermin. Saya perhatikan wujud saya dari kepala, wajah, dada kerempeng, perut cacingan, sampai barang kepemilikan saya. Mohon untuk tidak membayangkan saya akan melakukannya di situ. Sebab saat itu saya habis mandi sore dan seperti biasanya saya bedakan.

Tak pula saya akan menceritakan awal pertama melakukan coli karena ini pasti akan sangat cabul dan memalukan sekali. Sementara saya yakin bahwa kalian yang batangan pasti pernah atau sering melakukannya. Bahkan dua tahun kemarin saya pernah berkenalan dengan bocah SD dan mengaku sering coli sama-sama di kamar mandi belakang sekolah. Wah, mengerikan betul.

Apapaun, coli bisa mendatangkan kenikmatan sekaligus kemudaratan. Sebagai orang beragama, saya sadar kalau perbuatan itu tidak baik. Beberapa ulama berpendapat bahwa coli itu haram. Adapula yang mengatakan makruh. Ada yang mengatakan boleh dengan syarat. Syarat itu adalah: boleh melakukan demi niat menghindari zina, dan kedua boleh melakukan karena diri sendiri tidak bisa kawin (nikah).

Kenapa orang tak bisa kawin? Jangan tanya saya. Ayolah, usia saya enggak setua itu. Seperempat abad gitu, lho. Tapi beberapa orang punya kondisi yang berbeda misalnya kekurangan fisik atau hal-hal lain. Makanya ‘main tangan’ itu diperbolehkan. Apalagi nikah itu dalam Islam hukumnya sunat.

Coli dan Cara Melakukannya

Apa itu coli? Coli itu buka combro uli! Tapi aktivitas seksual tanpa persenggamaan. Lebih sering dilakukan oleh remaja tanggung kayak saya (dikerubutin FPI). Yeah, coli adalah istilah slang dari onani. Tanpa buka kamus, definisi onani dan masturbasi itu sama. Cuma entah kenapa dua kata itu mengalami penyempitan makna dalam budaya lokal. Onani identik dilakukan cowok dan masturbasi identik dilakukan cewek.

Karena saya batangan, maka saya enggak tahu bagaimana cara cewek mencapai kenikmatan cinta secara solo. Tapi inilah beberapa teknik coli yang dilakukan cowok. Biasanya mereka akan melakukannya dengan tangan. Masak iya dengan kaki, emangnya Anda ini sejenis cicak? Adapula yang melakukannya dengan sedikit lotion. Jadi Anda yang cewek patut curiga kalau teman cowok Anda beli lotion hand body. Losion itu dicipatkan ke tangan untuk kemudian memilin sesuatu sampai menggapai surga =,=.


Adapula teman yang mengaku memosisikan diri secara tengkurap dan menggesekannya. Bahkan ada yang tengkurap sambil memasukkan keperkasaannya pada lipatan sofa. Apa jadinya kalau di lipatan itu ada sejenis kelabang atau serangga tomcat? Ada pula yang memakai mentimun dengan cara mengeruk isi mentimun dan memasukkan senjata Anda ke dalamnya. Tapi jangan salahkan siapa-siapa kalau nantinya ada sejenis belatung yang mencomot lubang cinta Anda. Selalu ada risiko dibalik kenikmatan yang Anda dapatkan, bukan?

Ketika Surga Berada di Tangan Kanan Sang Bujangan
Pada akhirnya orang yang sudah dewasa tidak lagi menginginkan sejenis mainan seperti halnya anak kecil. Kebutuhan seksual menjadi hal yang harus dipenuhi. Jalan terbaik dan termulus itu memang klise: kawin (okey! Maksudnya nikah!). Tapi kalau belum nemu jodohnya masak mau kawin sama Mak Enti? Daripada melakukan zina, lebih baik self service, kan? Meski alangkah lebih baik lagi untuk meredamnya (terpaksa harus ngomong gini daripada dicap PENDOSA. Wakakakak!)

Jadi silakan baca sumber lain untuk mengetahui tips-tips klise lainnya. Tulisan gaje ini hanya semacam terapi sakit jiwa penulis yang belum sembuh. Pokoknya buat kamu, kamu, dan kamu yang batangan dan belom punya pasangan. HIDUP TANGAN KANAN!

 
Blogger Templates