Tuesday, June 29, 2010
Aku Menangis Untuk Adikku 6 Kali
Aku Menangis Untuk Adikku 6 Kali
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti, saya mesti mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas
bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, ia mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku berada di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika itu ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir, ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
Diterjemahkan dari : "I cried for my brother six times"
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti, saya mesti mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas
bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, ia mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku berada di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika itu ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir, ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
Diterjemahkan dari : "I cried for my brother six times"
Monday, June 28, 2010
Beda Bos dan Staf
Bagi Anda para boss, yang ingin melanggengkan kedudukan anda sebagai boss, perlu sekali memperhatikan tips di bawah ini yang harus anda tekankan kepada bawahan anda supaya dihayati.
PERATURAN BOSS:
Nomor 1: Boss selalu benar;
Nomor 2: Apabila boss melakukan kesalahan. Baca aturan Nomor 1.
Bila boss bersikukuh dengan pendapatnya, itu artinya beliau konsisten;
Bila staf bersikukuh pada pendapatnya, itu artinya dia keras kepala, kepala batu!
Bila boss berubah-ubah pendapatnya, itu berarti beliau fleksibel;
Bila staf berubah-ubah pendapatnya, itu berarti dia plin-plan! Tidak punya pendirian!
Bila boss bekerja lambat, itu artinya beliau teliti;
Bila staf bekerja lambat, itu artinya dia tidak "perform"!
Bila boss bekerja cepat, itu artinya beliau "smart"
Bila staf bekerja cepat, itu artinya dia terlalu terburu-buru!
Bila boss lambat dlm mengambil keputusan, itu artinya beliau berhati-hati;
Bila staf lambat dlm mengambil keputusan, itu artinya dia "telmi" !
Bila boss cepat mengambil keputusan, itu artinya beliau berani mengambil risiko;
Bila staf cepat mengambil keputusan, itu artinya dia gegabah! Ceroboh!
Bila boss meng-by-pass prosedur, itu artinya beliau proaktif-inovatif-kreatif;
Bila staf meng-by-pass prosedur, itu artinya dia melanggar aturan!
Bila boss curiga terhadap mitra bisnis, itu artinya beliau waspada.
Bila staf curiga terhadap mitra bisnis, itu artinya dia negative-thinking! Paranoid!
Bila boss mengatakan" "Sulit," itu artinya beliau predektif-antisipatif;
Bila staf mengatakan: "Sulit," artinya dia pesimistik!
Bila boss mengatakan: "Mudah," itu artinya beliau optimis;
Bila staf mengatakan: "Mudah," itu artinya dia meremehkan masalah!
Bila bos sering keluar kantor, itu artinya beliau rajin ke customer, rajin dan sibuk;
Bila staf sering keluar kantor, itu artinya dia sering keluyuran!
Bila bos sering entertain, itu artinya beliau rajin meng-lobby customer;
Bila staf sering entertain, itu artinya dia menghamburkan anggaran!
Bila bos tidak pernah entertain, itu artinya beliau hemat;
Bila staf tidak pernah entertain, itu artinya dia tidak becus me-lobby customer!
Bila bos menservice atasan, itu artinya dia meng-lobby;
Bila staf menservice atasan, itu artinya dia menjilat!
Bila bos sering tidak masuk, itu artinya beliau kecapean karena kerja keras;
Bila staf sering tidak masuk, itu artinya dia seorang pemalas!
Bila bos minta fasilitas mewah, itu artinya beliau menjaga citra perusahaan;
Bila staf minta fasilitas mewah, itu artinya dia terlalu banyak menuntut, tidak tau diuntung!
yang terakhir ........
Bila bos memforward tulisan ini, itu artinya beliau pandai membuat lelucon: humoris jempolan.
PERATURAN BOSS:
Nomor 1: Boss selalu benar;
Nomor 2: Apabila boss melakukan kesalahan. Baca aturan Nomor 1.
Bila boss bersikukuh dengan pendapatnya, itu artinya beliau konsisten;
Bila staf bersikukuh pada pendapatnya, itu artinya dia keras kepala, kepala batu!
Bila boss berubah-ubah pendapatnya, itu berarti beliau fleksibel;
Bila staf berubah-ubah pendapatnya, itu berarti dia plin-plan! Tidak punya pendirian!
Bila boss bekerja lambat, itu artinya beliau teliti;
Bila staf bekerja lambat, itu artinya dia tidak "perform"!
Bila boss bekerja cepat, itu artinya beliau "smart"
Bila staf bekerja cepat, itu artinya dia terlalu terburu-buru!
Bila boss lambat dlm mengambil keputusan, itu artinya beliau berhati-hati;
Bila staf lambat dlm mengambil keputusan, itu artinya dia "telmi" !
Bila boss cepat mengambil keputusan, itu artinya beliau berani mengambil risiko;
Bila staf cepat mengambil keputusan, itu artinya dia gegabah! Ceroboh!
Bila boss meng-by-pass prosedur, itu artinya beliau proaktif-inovatif-kreatif;
Bila staf meng-by-pass prosedur, itu artinya dia melanggar aturan!
Bila boss curiga terhadap mitra bisnis, itu artinya beliau waspada.
Bila staf curiga terhadap mitra bisnis, itu artinya dia negative-thinking! Paranoid!
Bila boss mengatakan" "Sulit," itu artinya beliau predektif-antisipatif;
Bila staf mengatakan: "Sulit," artinya dia pesimistik!
Bila boss mengatakan: "Mudah," itu artinya beliau optimis;
Bila staf mengatakan: "Mudah," itu artinya dia meremehkan masalah!
Bila bos sering keluar kantor, itu artinya beliau rajin ke customer, rajin dan sibuk;
Bila staf sering keluar kantor, itu artinya dia sering keluyuran!
Bila bos sering entertain, itu artinya beliau rajin meng-lobby customer;
Bila staf sering entertain, itu artinya dia menghamburkan anggaran!
Bila bos tidak pernah entertain, itu artinya beliau hemat;
Bila staf tidak pernah entertain, itu artinya dia tidak becus me-lobby customer!
Bila bos menservice atasan, itu artinya dia meng-lobby;
Bila staf menservice atasan, itu artinya dia menjilat!
Bila bos sering tidak masuk, itu artinya beliau kecapean karena kerja keras;
Bila staf sering tidak masuk, itu artinya dia seorang pemalas!
Bila bos minta fasilitas mewah, itu artinya beliau menjaga citra perusahaan;
Bila staf minta fasilitas mewah, itu artinya dia terlalu banyak menuntut, tidak tau diuntung!
yang terakhir ........
Bila bos memforward tulisan ini, itu artinya beliau pandai membuat lelucon: humoris jempolan.
Sunday, June 27, 2010
Manfaat Shalat Dalam Dunia Media
SHALAT adalah amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh) seorang muslim. Namun, pernahkah terpikirkan manfaat masing-masing gerakan? Sudut pandang ilmiah menjadikan salat gudang obat bagi berbagai jenis penyakit!
Saat seorang hamba telah cukup syarat untuk mendirikan salat, sejak itulah ia mulai menelisik makna dan manfaatnya. Sebab salat diturunkan untuk menyempurnakan fasilitasNya bagi kehidupan manusia. Setelah sekian tahun menjalankan salat, sampai di mana pemahaman kita mengenainya?
1.TAKBIRATUL IHRAM
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
2.RUKUK
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.
Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat
3.I’TIDAL
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga.
Manfaat: I'tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.
4.SUJUD
Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.
Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
5.DUDUK
Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iffirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.
6.SALAM
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.
Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.
Friday, June 25, 2010
Rahasia Lelaki
Kala Lelaki mengirimkan sms ke kamu lebih dari sekali setiap harinya walau hanya utk mengucapkan met lunch,
Tandanya: dia ada perhatian sama kamu..>
karena: lelaki jarang melakukan hal itu kalauhanya karena iseng atau gak ada kerjaan.
Kala Lelaki menelponmu tanpa sebab dan hanya bilang: "cuma pengen denger suara kamu aja..",
Tandanya: dia suka sama kamu tapi malu utk memulai..>
karena: Lelaki sadar bahwa dialah yang harusmembuat first moved tapi takut keliatan bangetkalo dia naksir abis sama kamu...
Kala Lelaki terdiam setelah pertengkaran panjang,
Tandanya: dia sudah lelah dan ingin pertengkaran ini berakhir..>
karena: Pada prinsipnya, lelaki gak suka berlama2 bertengkar mulut, kecuali dia banci. Cukup 3 kalimat awal pertengkaran kalian,dia sdh mengerti sebab kemarahan kamu..
Kala Lelaki memegang tanganmuatau membelai rambutmu setelah pertengkaran,
Tandanya: dia merasa bersalah telah membuatmu marah..>
karena: Lelaki yang benar2 sayang sama kamu,gak akan tega liat kamu menangis, apalagi gara2 dia...
Kala Lelaki bersandar di bahumu dan memintamu membelai rambutnya,
Tandanya: kamu adalah satu2nya wanita yg dia cinta sebesar cintanya kepada ibunya..>
karena: Lelaki pantang terlihat lemah/manja apalagi di hadapan wanita.Kalau dia sampai melakukan itu padamu,Tandanya: dia merasa nyaman dan yakin "pride"nya gak akan berkurang"jika melakukan itu pada dirimu..
Kala Lelaki mengatakan "apa sih yang ngga utk kamu?"
ada dua kemungkinan, dia bener2 suka sama kamu atau dia playboy sejati.>
karena: Lelaki ingin sang wanita pujaan tahu, Kalau dia siap memberikan waktu hanya utknya.
Kalau tipe playboy, biasanya di belakang kata2 itu dibarengi pujian2 gak jelas maksudnya.
Kala Lelaki menangis di hadapanmu,
Tandanya: dia benar2 sayang sama kamu.>
karena: Kodrat Lelaki adalah pantang utk menangis.
Jika ia menangis, hanya ada satu kata: Dia cinta kamu.
Kala Lelaki sering melanggar aturan2 yang kamu buat,
Tandanya: dia gak nyaman dikendalikan sama kamu.>
karena: Lelaki tahu apa yg benar dan salah Dan hanya butuh diarahkan, bukan dilarang. Semakin dilarang, semakin dilanggarnya.
Kala Lelaki cemburu, ada empat kemungkinan inti:
1. Dia bener sayang sama kamu dan takut kehilangan kamu.
2. Dia tipe posesif dan menguasai
3. Dia selingkuh dan gak mau di"saingi"
4. Dia punya trauma dalamyang mungkin gak pernah diceritakannya kepadamu..
Kala Lelaki diam membisu,
Tandanya: dia benar2 marah sama kamu.>
karena: Lelaki selama masih "ngoceh" tandanya masih "1/2 marah".tapi Kalau sdh diam, siap2 saja akan kemungkinan terburuk bagi hubungan kalian Kalau kalian tidak aware.
Kala Lelaki bercerita masa lalunya yang buruk,
Tandanya: dia memberitahu kamu agar jangan melakukan hal yang sama.>
karena: Lelaki adalah mahluk traumatik dan parno.Cukup kalian berkata:"aku gak akan melakukan hal sebodoh itu" sekali saja, dan dia tidak akan pernah bercerita hal itu lagi.
Kala Lelaki menghilang tiba dari "peredaran",
Tandanya: dia ingin menjauh dari kamu karena satu dan lain hal.>
karena: Lelaki kadang gak tega untuk meninggalkan kalian,kadang karena hal2 yg kalian sendiri gak sadar. Kejar dia dan tanyakan sebabnya kenapa. Kalau dia gak jawab, berarti dia pengecut dan pantas ditinggalkan.
Kala Lelaki menatap dalam2 ke matamu,dia sedang mencari2 jawab,
apakah kalian benar2 cinta kepadanya atau hanya sebatas apakah?>
karena: hampir setiap Lelaki merasa unsecured dalam hubungannya,mungkin traumatik atau karena pengaruh lingkungan sekitarnya.
Bung Karno : Dari Blangkon ke Kopiah
Dari beragam foto yang sering terpublikasi, ada tiga model penampilan kepala Bung Karno. Yang pertama adalah mengenakan sejenis blangkon, penutup kepala khas Jawa. Yang kedua, polos alias tidak mengenakan apa pun, dengan potongan rambut belah sisir dan sedikit berjambul. Yang ketiga, mengenakan kopiah.
Ketiga model itu juga mewakili zamannya. Ia mengenakan busana paduan Jawa-Eropa saat bersekolah di sekolah Belanda: ELS di Mojokerto dan HBS di Surabaya. Blangkon di kepalanya juga menunjukkan status sosial tinggi. Terlebih pada saat itu, hanya anak-anak keturunan Raja atau kaum bangsawan (ningrat) yang boleh bersekolah bersama siswa-siswa Belanda. Jika bukan dari golongan ningrat, dia tentulah putra ambtenaar atau pegawai pemerintahan Hindia Belanda untuk jenjang yang tergolong tinggi.
Ayah Bung Karno, Raden Soekemi Sosrodihardjo adalah seorang guru senior. Nama Raden di depan namanya, menunjukkan bahwa ia berdarah biru. Sedangkan ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai adalah keturunan bangsawan Singaraja, yang itu artinya dia juga berdarah biru. Karena itu pula Sukarno bisa bersekolah di sekolah Belanda.
Ketiga model itu juga mewakili zamannya. Ia mengenakan busana paduan Jawa-Eropa saat bersekolah di sekolah Belanda: ELS di Mojokerto dan HBS di Surabaya. Blangkon di kepalanya juga menunjukkan status sosial tinggi. Terlebih pada saat itu, hanya anak-anak keturunan Raja atau kaum bangsawan (ningrat) yang boleh bersekolah bersama siswa-siswa Belanda. Jika bukan dari golongan ningrat, dia tentulah putra ambtenaar atau pegawai pemerintahan Hindia Belanda untuk jenjang yang tergolong tinggi.
Ayah Bung Karno, Raden Soekemi Sosrodihardjo adalah seorang guru senior. Nama Raden di depan namanya, menunjukkan bahwa ia berdarah biru. Sedangkan ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai adalah keturunan bangsawan Singaraja, yang itu artinya dia juga berdarah biru. Karena itu pula Sukarno bisa bersekolah di sekolah Belanda.
Kemudian setamat HBS, ia melanjutkan ke THS (Technische Hoge School) -yang kemudian menjadi ITB. Pada saat itulah ia melepas blangkon dan membiarkan kepala dan rambutnya terbuka, dengan sisiran yang rapih. Untuk busana formal ia sama sekali tidak meniru gaya Belanda yang bergaya kolonial tropikal - stelan safari putih, celana pendek, kaus kaki tinggi dan topi gabus. Bung Karno justru lebih memilih stelan pantalon-jas-dasi putih dan kopiah hitam.
Nah, kapan kopiah mulai bertengger di atas kepala Bung Karno. Pendek cerita, sejarah itu dimulai saat Bung Karno membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI), 4 Juli 1927. Di situlah ia mengusulkan agar setiap kader dan pengurus PNI wajib mengenakan kopiah sebagai identitas. Atas usul itu, Ali Sastroamidjojo, salah satu dedengkot PNI menolak. Tapi suara Ali kalah dengan suara floor. Akhirnya, kopiah pun menjadi penutup kepala resmi PNI.
Dalam perkembangannya, kopiah bukan hanya monopoli kader partai dan pengurus PNI, melainkan juga menjadi identitas kaum pergerakan. Hampir semua aktivis pergerakan mengenakan kopiah. Dan sejarah pun kemudian mencatat, kopiah dipopulerkan Bung Karno sebagai identitas bangsa Indonesia. Hingga hari ini.
Tahukah Anda, popularitas kopiah tak lepas dari sosok Bung Karno yang memang sangat dikagumi dan dicintai rakyat? Terlebih dalam setiap penampilan, utamanya saat berpidato di depan lautan massa, ia senantias mengenakan kopiah. Nah, juru foto di studio foto langganannya, begitu kreatif dengan memajang foto-foto Bung Karno di etalase studionya di Bandung.
Tak jarang, para pejalan kaki di depan studio foto itu berhenti dan berdiri lama menatap foto pemuda gagah berkopiah yang sedang berpidato berapi-api. Dialah Sukarno. Yang paling gemar mengamati foto-foto supermodel amatir Bung Karno itu utamanya adalah para siswi sekolah MULO yang letaknya di Jl. Sunda, Bandung. Suasananya barangkali mirip dengan gadis-gadis remaja yang mentap foto model pujaannya di etalase-etalase studio foto.
Sumber : http://papernas.org/berdikari/index.php?option=com_content&task=view&id=861&Itemid=44
Label:
Bung Karno